Sejarah Singkat Sintaksis
Eureka Pendidikan – Sintaksis merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang cukup tua. Sintaksis telah sejak lama digunakan untuk menyelediki bahasa-bahasa dibenua asia dan benua-benua lainnya. Ilmu bahasa ini digunakan untuk menyelidiki struktur kalimat dan kaidah penyusunan kalimat. Berdasarkan hal ini, sintaksis sering disebut dengan istilah tata kalimat.
Hasil penyelidikan sintaksis bahasa-bahasa di Eropa mempengaruhi pola pikiran para ahli bahasa yang menyelidiki bahasa-bahasa di Asia termasuk juga di Indonesia. Sebelum abad ke-20 beberapa orang telah menulis mengenai tata bahasa Indonesia yakni Werndly (1736) dan masrden (1812). Buku-buku hasil karya mereka disusun menggunakan bahasa asing, khususnya bahasa inggris dan bahasa belanda karena pada tahun-tahun ini indonesia masih dalam pendudukan penjajah. Kedua penulis tersebut meninjau bahasa Indonesia ketika masih bernama bahasa Melayu yang merupakan embrio dan unsur penting dalam pembentukan bahasa Indonesia yang seperti sekarang ini. Oleh ahli bahasa tersebut, bahasa Melayu dipandang dengan menggunakan kacamata bahasa Barat sehingga konsep-konsep yang ada dalam bahasa Barat tersebut diterapkan begitu saja dalam uraiannya tentang bahasa Melayu. Dalam beberapa buku yang telah ditulis oleh kedua ahli bahasa tersebut, uraian tentang sintaksis bahasa Melayu sangat sedikit, akan tetapi lebih banyak menguraikan tentang masalah pembentukan kata.
Kridalaksana (1991) menunjukkan bahwa konsep-konsep yang terdapat dalam buku bahasa yang ditulis oleh Werndly diwarisi secara langsung oleh Hollander dan diteruskan oleh Sosrosoegondo, Alisjahbana, dan Keraf dalam buku-buku tata bahasa yang ditulisnya. Sepanjang proses pewarisannya tersebut, tentu saja konsep-konsep yang ada semakin bertambah luas seiring dengan perubahan kata dan pengejaan kata serta berkembangnya ilmu bahasa.
Pada awal pembicaraan sintaksis hanya merupakan bagian kecil dalam buku tata bahasa Indonesia. Seorang ahli tata bahasa yang dipandang sebagai penulis yang cukup terkenal yaitu, Zain pernah menulis buku tata bahasa Indonesia pada tahun 1942 yang diberi nama Djalan Bahasa Indonesia. Dalam buku tersebut, Zein menguraikan masalah frasa atributif, frasa posesif, pemakaian kata “yang” dan kata “ada”, serta persoalan kalimat pasif. Namun, pembicaraan yang lebih banyak dalam adalah uraian tentang jenis kata dan pembentukan kata. Pembicaraan morfologi yang lebih banyak dilakukan dari pada sintaksis dilakukan oleh tata bahasa yang berasal dari Belanda bernama C.A Mees yang menulis buku berjudul Tatabahasa Indonesia pada tahun 1951.
Pada masa berikutnya, pembahasan mengenai sintaksis mendapatkan tempat yang lebih luas, bahkan pembicaraan sintaksis menjadi satu jilid buku tersendiri. Misalnya Alisjahbana menyusun buku mengenai tata bahasa Indonesia yang berjudul Tatabahasa Baru Indonesia. Buku ini sejak tahun 1949 sampai akhir tahun 1970-an mejadi buku yang terkenal dan dipakai secara luas dalam pengajaran bahasa Indonesia. Dalam buku ini berisi mengenai ilmu tata kalimat bahasa Indonesia. Sedangkan pada buku jilid 2 berisi tentang pembentukan kata bahasa Indonesia (Morfologi). Kaitannya dengan buku jilid 1 terdapat sebuah konsep yang cukup terkenal yaitu hukum D-M. Hukum ini menunjukkan perumusan tentang susunan kata dalam bahasa Indonesia, yakni baik dalam kelompok kata, kata majemuk, maupun kalimat, segala sesuatu yang menerangkan (M) selalu terletak dibelakang yang diterangkan (D)
Sebagai contoh:
Sinta, Siswa SMA, Membeli buku tulisD (M1 M2)D (D M) (D M3)D (D M) (D (D M4))
Penulisan buku tata bahasa mulai mendapat perhatian pemerintah yang pada waktu itu disebut Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Buku karangan Madong Lubis dengan judul Paramasastra Lanjut (1954) pernah dipesan oleh pemerintah untuk dipakai di sekolah-sekolah lanjutan. Pemerintah juga pernah menugasi seorang bernama S.Zainudin yang pada waktu itu bergelar Pangeran Batuah untuk menyusun buku mengenai tata bahasa yang berjudul Dasar Tatabahasa Indonesia (1950). Buku yang khusus berisi mengenai uraian sintaksis ditulis oleh A.A. Fokker dengan judul Pengantar Sintaksis Indonesia.
Selanjutnya, pada tahun 1985 Samsuri menerbitkan buku yang berjudul Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Dalam bukunya, Samsuri menjelaskan bahwa sebuah uraikan kalimat boleh terdiri atas struktur makna atau semantik yang dihubungkan dengan struktur ujaran.