Pengalaman Belajar Biologi
Eureka Pendidikan. Pengalaman belajar merupakan sebuah keniscayaan bagi siswa yang menjalani proses belajar. Karena ketika siswa menjalani proses belajar, pada saat itu pulalah ia juga mendapat pengalaman belajar. “Pengalaman belajar adalah sejumlah aktivitas siswa yang dilakukan untuk memperoleh informasi dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai (Rohani, 2004: 171)”. Pengalaman belajar pada dasarnya memang berupaya medukung konstruksi pengetahuan siswa sehingga berperan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini dipertegas oleh pernyataan Budiningsih yang mengemukakan, “faktor-faktor yang mempengaruhi proses mengkonstruksi pengetahuan adalah konstruksi pengetahuan yang telah ada, domain pengalaman dan jaringan struktur kognitif yang dimilikinya (Budiningsih, 2005: 57)”.
“Pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan makna kehidupan setiap perilaku individu. Belajar adalah melakukan reorganisasi pengalaman-pengalaman masa lalu yang secara terus-menerus disempurnakan (Sanjaya, 2011: 122)”. Dengan demikian, pengalaman belajar yang disajikan oleh guru seharusnya perlu menjadi perhatian karena kaitannya dengan pembentukan pengetahuan siswa, yang pada akhirnya akan mendukung pencapaian hasil belajar.
Pada pembelajaran Biologi, pengalaman belajar pun menjadi hal penting, karena materi ajar Biologi yang beraneka ragam, sebenarnya dapat memberikan kesempatan bagi guru dalam mengembangkan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Rustaman mengibaratkan pentingnya pengalaman belajar dalam pembelajaran Biologi, dengan sebuah peribahasa “pengalaman adalah guru yang paling baik” (Rustaman (2005: 73). Sehingga dalam kegiatan pembelajaran Biologi, guru seharusnya mengembangkan pengalaman belajar bagi siswa, agar siswa dapat benar-benar memahami materi Biologi.
Dalam memberikan pengalaman belajar Biologi pada siswa, guru perlu mengetahui pengalaman belajar yang dimiliki siswanya terlebih dahulu. Hal ini disebabkan, setiap siswa memiliki pengalaman belajar dan pemaknaan pengalaman belajar yang berbeda-beda. Fensham menyatakan, “orang membangun makna tentang hal-hal yang dialami atau diceritakan secara aktif oleh diri mereka sendiri. Makna yang dibangun bergantung pada pengetahuan yang sudah ada pada diri seseorang ( dalam Rustaman, 2005: 171)”. Oleh karena itu, pengalaman dan hasil bacaan perorangan berbeda-beda, maka hasil pemaknaan tentu berbeda.
Secara pragmatis, Mansur membagi pengalaman belajar ke dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Pengalaman Mental
Beberapa bentuk pengalaman mental dapat diperoleh antara lain melalui membaca buku, mendengarkan ceramah, mendengarkan berita radio, melakukan perenungan, menonton televisi atau film. Pada pengalaman belajar melalui pengalaman mental, biasanya siswa hanya memperoleh informasi melalui indera dengar dan lihat. Ditinjau dari tingkat perkembangan anak, pengalaman belajar melalui indera dengar lebih sulit daripada melalui indera lihat karena melalui indera dengar diperlukan kemampuan abstraksi dan konsentrasi penuh.
2.Pengalaman Fisik
Pengalaman jenis ini meliputi kegiatan pengamatan, percobaan, penelitian, kunjungan, karya wisata/ study tour, pembuatan buku harian, dan beberapa bentuk praktis lainnya. Lazimnya, siswa dapat memanfaatkan seluruh indranya ketika menggali informasi melalui pengalaman fisik.
3.Pengalaman Sosial
Beberapa bentuk pengalaman sosial yang dapat dilakukan antara lain: melakukan wawancara dengan tokoh, bermain peran, berdiskusi, bekerja bakti, melakukan bazaar, pameran, jual beli, pengumpulan dana untuk bencana alam, atau ikut arisan. Pengalaman belajar ini akan lebih bermanfaat kalau masing-masing siswa diberi peluang untuk berinteraksi satu sama lain: bertanya, menjawab, berkomentar, mempertanyakan jawaban, mendemonstrasikan dan sebagainya. (Mansur, 2007: 65)
Melalui ketiga jenis pengalaman belajar inilah dapat diidentifikasi pengalaman belajar seperti apakah yang dominan dimiliki oleh siswa serta pengaruhnya terhadap hasil belajar.
Selain menjadi upaya mengkaitkan dengan hasil belajar. Pengidentifikasian pengalaman belajar, dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam memberikan pengalaman belajar yang baru bagi siswa. Karena, dalam merumuskan pengalaman belajar, guru hendaknya memperhatikan beberapa faktor, antara lain: karakteristik konsep yang diajarkan, kesiapan siswa dan fasilitas yang tersedia. Sebagaimana dipahami, bahwa Biologi pada dasarnya pernah diajarkan pada jenjang pendidikan sebelumnya. Maka, agar dapat memberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa, diperlukanlah pengidentifikasian kesiapan siswa melalui pengalaman belajar yang pernah dialaminya. guru hendaknya mempertimbangkan tingkat perkembangan siswa, terutama perkembangan kognitifnya. Oleh karena itu, untuk dapat memberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa, diperlukanlah pengidentifikasian pengalaman belajar. Sehingga nantinya proses pembelajaran dapat menyediakan pengalaman belajar yang mampu membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran hingga menghasilkan hasil belajar yang maksimal.