Pembelajaran Berbasis Masalah
Eureka Pendidikan. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Pada Pembelajaran berbasis masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama menyelesaikan suatu masalah yang telah disepakati oleh guru dan siswa.
Ciri-ciri khusus pembelajaran berbasis masalah yaitu:
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah
Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya baik secara sosial dan pribadi bermakna untuk siswa. Situasi masalah yang baik harus memenuhi beberapa kriteria penting, diantaranya:
- Masalah itu harus autentik, artinya masalah harus lebih berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.
- Permasalahan seharusnya tak terdefinisi secara ketat dan menghadapkan suatu makna misteri atau teka-teki.
- Masalah seharusnya bermakna bagi siswa dan sesuai dengan perkembangan intelektual siswa (Trianto, 2010: 93).
Masalah seharusnya cukup luas untuk memungkinkan guru menggarap tujuan intruksional siswa dan masih cukup terbatas untuk membuat suatu pelajaran layak dalam waktu, tempat dan sumber daya yang terbatas.
2. Penyelidikan Autentik
Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan) dan merumuskan kesimpulan. Metode penyelidikan yang digunakan bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.
3. Menghasilkan produk/ karya
Produk atau karya yang dihasilkan dapat berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer.
4. Kerjasama
Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan berdialog.
Menurut Ibrahim dan Nur dalam Trianto (2010: 96), pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah utamanya dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, penyelesaian masalah, dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri.
Menurut Ibrahim dalam Trianto (2010: 97), di dalam pembelajaran berbasis masalah, peran guru berbeda dengan kelas tradisional dimana peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah antara lain sebagai berikut:
- Mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari;
- Memfasilitasi/ membimbing penyelidikan misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimen/ percobaan;
- Memfasilitasi dialog siswa;
- Mendukung belajar siswa.