Kurikulum Zaman Penjajahan Belanda
Eureka Pendidikan. Meskipun pada fase pemerintah Hindia-Belanda telah mulai menyelenggarakan pendidikan formal sampai dengan pendidikan menengah dan tinggi, namun tujuannya semata-mata bukan untuk mencerdaskan dan mensejahterakan penduduk bumiputera. Atas dasar itu, muncul berbagai macam kritikan dan kecaman dari para pembela kepentingan negara jajahan Hindia-Belanda seperti de Waal, van Dedem, van Kol, van Berg, Schoepman, Bool, van Nunen, dan van Deventer. Untuk menanggapi kecaman dan kritikan tersebut, Pemerintah Belanda menjalankan “politik etis” (etische politic) sebagai politik balasan setelah selama bertahun-tahun lamanya mereka menggaruk keuntungan yang besar dari kekayaan dan keringat penduduk bumiputera melalui kerja paksa dalam rangka pelaksanaan sistem tanam paksa (cultuurstelsel) pada tahun 1810–1830.
Para pengkritik dan pengecam mengatakan bahwa politik etis sebagai politik immoral (tak bermoral), yang merupakan balasan tidak setimpal dengan perampokan yang dilakukan oleh pemerintah Belanda terhadap harta kekayaan tanah jajahan. Oleh karena itu, pemerintah Belanda harus: (1) memberikan sebagian keuntungan mereka kepada bumiputera, dan (2) memperkenalkan kebudayaan dan pengetahuan Barat telah menjadikan Belanda sebagai bangsa yang besar dan kuat.
Pendidikan menengah setara SMA, yang pada fase penjajahan pemerintah Hindia-Belanda disebut dengan nama Algemeene Middelbare School atau AMS, baru didirikan pada awal abad ke-20 atau awal tahun 1900-an. AMS merupakan kelanjutan dari Meer Uitgebreid Lager Onderwijs atau MULO atau SMP di zaman sekarang. Sedangkan MULO merupakan dari Hollandsch Inlandsche School atau HIS atau SD di zaman sekarang. Semua tingkatan sekolah tersebut diperuntukkan khusus hanya bagi anak-anak dari masyarakat bumiputera golongan atas dengan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar belajarnya.
Sampai dengan tahun 1930-an, AMS hanya ada di beberapa ibu kota provinsi Hindia Belanda yaitu Medan (Sumatera), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Surabaya (Jawa Timur), Makassar (Indonesia Timur). Selain itu AMS ada di Yogyakarta (Kasultanan Yogyakarta), Surakarta (Kasunanan Surakarta), dan beberapa kota Karesidenan seperti di Malang.
Banyak orang tua menyekolahkan anaknya ke AMS dengan harapan dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi, yaitu misalnya ke Technische Hooge School (THS) di Bandung yang didirikan tahun 1920 sekarang Institut Teknologi Bandung (ITB); Rechts Hooge School (RHS) di Jakarta yang didirikan tahun 1924 sekarang Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) Jakarta; Geneeskudige Hooge School (GHS) di Jakarta yang didirikan tahun 1927 sekarang Fakultas Kedokteran UI Jakarta; dan Landbouw Hooge School (LHS) di Bogor yang didirikan tahun 1940 sekarang Institut Pertanian Bogor (IPB).
Sistem pendidikan Belanda diatur dengan prosedur yang ketat dari mulai aturan siswa, pengajar, sistem pengajaran, dan kurikulum. Sistem prosedural seperti ini sangat berbeda dengan sistem prosedural pada sistem pendidikan islam yang telah dikenal sebelumnya. Sistem pendidikan Belanda pun bersifat diskriminatif. Sekolah-sekolah dibentuk dengan membedakan pendidikan antara anak Belanda, anak timur asing, dan anak pribumi. Golongan pribumi ini masih dipecah lagi menjadi masyarakat kelas bawah dan priyayi. Susunan persekolahan zaman kolonial adalah sebagai berikut :
- Persekolahan anak-anak pribumi untuk golongan non priyayi menggunakan pengantar bahasa daerah, namanya Sekolah Desa 3 tahun. Mereka yang berhasil menamatkannya boleh melajutkan ke Sekolah Sambungan (Vervolg School) selama 2 tahun. Dari sini mereka bisa melanjutkan ke Sekolah Guru atau Mulo Pribumi selama 4 tahun, inilah sekolah paling atas untuk bangsa pribumi biasa. Untuk golongan pribumi masyarakat bangsawan bisa memasuki His Inlandsche School selama 7 tahun, Mulo selama 3 tahun, dan Algemene Middlebare School (AMS) selama 3 tahun.
- Untuk orang timur asing disediakan sekolah seperti Sekolah Cina 5 tahun dengan pengantar bahasa Cina, Hollandch Chinese School (HCS) yang berbahasa Belanda selama 7 tahun. Siswa HCS dapat melanjutkan ke Mulo.
- Sedangkan untuk orang Belanda disediakan sekolah rendah sampai perguruan tinggi, yaitu Eropese Legere School 7 tahun, sekolah lanjutan HBS 3, Lyceum 6 tahun, Maddelbare Meisjeschool 5 tahun, Recht Hoge School 5 tahun, Sekolah kedokteran tinggi 8,5 tahun, dan kedokteran gigi 5 tahun.
ternyata politik balas budi itu seperti yg djelaskan d atas tdi, sy pikir semua anak diberikan hak yg sama untuk memasuki sekolah unggulan,,,ternyata mereka dipisah-pisahkan,,,sungguh mereka tdk tau diri,,
Sebenarnya Topeng politik balas budi adalah tiket masuknya belanda kembali di Indonesia, Pemisahan berdasarkan tingkatan kasta adalah bentuk pencarian dukungan dari keturnan bangsawan. Semoga Pendidikan di Indonesia tidak kembali bentuk diskriminasi
Terima ksih data kurikulum yang lengkap, ternyata semua isi kurikulum tidak ada yang saling meninggalkan tetapi bahkan diperbaiki disesuaikan dengan harmonisasi kehidupan. Guru sebaiknya tidak merisaukan setiap perubahan kurikulum.