Pendekatan Konstruktif dalam Proses Belajar
Eureka Pendidikan. Konstruktivisme yang merupakan landasan filosofis pendekatan contextual teaching and learning (CTL) adalah pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dalam struktur kognitifnya dan memberinya makna melalui pengalaman nyata.
Menurut Yeger, praktek pembelajaran konstruktivitik oleh guru menghasilkan siswa yang mencapai lebih banyak tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran termasuk adalah penguasaan konsep-konsep dasar (yang bukan berarti hanya menghafalkan saja atau mengenal kembali definisi), penggunaan keterampilan proses dasar (dasar situasi baru), kemampuan untuk menggunakan, menginterpretasi, dan mensintesis informasi; peningkatan keterampilan kreativitas (bertanya, menyarankan penyebab, memprediksi konsekuensi); dan pengembangan sikap positif terhadap sains, sekolah, kelas, guru dan karier.
Pendekatan konstuktivis di dalam tujuan pembelajaran berorientasi melatih siswa untuk dapat berpikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain. Dengan bekal berpikir kritis dan memproses pengetahuan yang diperoleh, juga siswa diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan nyata dengan cara menemukan berbagai alternatif solusi masalah.
Dari segi strategi pembelajaran, bahwa penyajian materi ditekankan pada penggunaan pengetahuan secara bermakna yang mengikuti urutan dari keseluruhan ke bagian-bagian. Pembelajaran lebih banyak diorientasikan untuk meladeni pertanyaan-pertanyaan atau pandangan siswa, aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada data primer dan bahan menipulatif dengan penekanan pada keterampilan berpikir kritis dalam hal: menganalisis, membandingkan, menggeneralisasi, memprediksi, dan menghipotesis.
Di dalam prakteknya pendekatan konstruktivistik terhadap evaluasi pembelajaran ditekankan pada penyusunan makna secara aktif yang melibatkan keterampilan terintegrasi dengan menggunakan masalah dalam konteks nyata, yang berorientasi untuk menggali munculnya berpikir divergen pada diri pelajar dan pemecahan masalah atas berbagai macam jalan solusi masalah.
Menurut Yager (Susilo, 2000) merinci praktik-praktik konstrukstivik ini menjadi 4 aspek sebagai berikut:
a. Perecanaan Kegiatan
- Mencoba menggali dan menggunakan pertanyaan serta ide-ide siswa untuk mengarahkan pelajaran dan unit-unit pembelajaran seluruhnya.
- Menerima dan mengalakkan siswa untuk memulai menyampaikan ide-ide, dan
- Menggalang kepemimpunan oleh siswa, kerjasama antar siswa, pencarian sumber informasi, dan pengambilan tindakan nyata sebagai hasil proses pembelajaran.
b. Strategi dalam kelas
- Menggunakan pemikiran, pengalaman, dan minat siswa untuk mengarahkan pembelajaran (hal ini seringkali berarti mengubah rencana pembelajaran yang telah disiapkan guru).
- Menggalakkan pemanfaatan sumber-sumber informasi alternatif berupa materi tertulis dan “pakar” selain buku teks, dan
- Menggunakan pertanyaan terbuka.
c. Kegiatan Siswa
- Menggalakkan siswa untuk mengelaborasi pertanyaan dan jawaban mereka.
- Menggalakkan siswa untuk menyarankan sebab-sebab dari suatu peristiwa dan situasi.
- Menggalakkan siswa untuk memprediksi konsekuensi, dan
- Menggalakkan siswa untuk menguji ide mereka sendiri, misalnya menjawab pertanyaan mereka, membuat dugaan-dugaan mengenai penyebab, dan membuat prediksi-prediksi mengenai konsekuensi.
d. Teknik Mengajar
- Mencari ide-ide siswa sebelum menyebut ide-ide guru atau sebelum mempelajari ide-ide dari buku teks atau sumber-sumber lain.
- Menggalakkan siswa untuk saling membandingkan dan mendebai ide dan konsep teman-temannya.
- Menggunakan strategi pembelajaran koopetatif yang menekankan kolaborasi, menghormati individulitas dan penggunaan taktik pembagian kerja.
- Menggalakkan pemberian waktu yang cukup untuk melakukan refleksi dan analisis.
- Menghargai dan menggunakan semua ide yang dikemukakan siswa, dan
- Menggalakkan analisis pribadi, pengumpulkan bukti-bukti nyata untuk mendukung ide, perumusan kembali ide setelah ada pengalaman dan bukti