Judul Buku : Muhammad (Lelaki Penggenggam Hujan)
Penulis : Tasaro GK
Tahun : 2016
Penerbit : Bentang Pustaka
Halaman : XXVII + 632 Halaman
Eureka Pendidikan. Jika membaca sirah Nabawiyah menjadi terlalu “berat”. Maka, novel ini menyajikkan kisah Nabi Muhammad dengan lebih “ringan” tanpa mengurangi esensi yang sesungguhnya. Mengutip sebuah tulisan di Kompas (29 Oktober 2016), Theodor Adorno pernah berujar: “Salah satu hal yang harus ada dalam industri budaya adalah light”. Orang akan mengambil jarak saat harus mempelajari sesuatu yang berat. Mengubah sesuatu yang berat dalam bentuk cerita novel menjadi alternatif yang bisa ditempuh. Novel membentuk dan mengubah sesuatu yang berat menjadi light. Mudah diterima dan ringan untuk dinikmati. Dalam hal ini, Tasaro berhasil melakukannya. Novel biografi Muhammad jilid pertama, berhasil membimbing pembaca ke perjalanan spiritual mengenal Rasulullah dengan menyusuri lorong-lorong peradaban timur tengah pada abad ke 5.
Pada novel ini, penulis memilih kata-kata maknawi untuk mengantarkan pembaca menyelami kehidupan Rasulullah. Rangkaian kata-kata yang tersaji, mampu membuat pembaca terhanyut ke dalam cerita hingga mampu memunculkan pertanyaan, mengenai posisi kita jika berada di zaman itu. Apakah aku akan percaya dan meyakini bahwa lelaki Arab itu benar-benar seorang Nabi yang kisahnya sudah diramalkan di berbagai kitab suci, jauh sebelum kelahirannya. Apakah aku berada di barisannya dan turut membersamainya dalam mensyiarkan Islam sebagai agama yang sempurna, ataukah aku berada di belakang Abu Jahal dan kaum Quraisy lainnya yang berdiri memerangi Rasulullah karena telah merusak kepercayaan dan persaudaraan Mekkah?.
Berbeda dengan sirah Nabawiyah yang mengisahkan perjalanan hidup Rasulullah, novel biografi Tasaro menunjukkan adanya kajian lain yang dilakukan penulis, selain menyusuri sejarah hidup Rasulullah. Dalam hal ini, Tasaro melakukan kajian terhadap kondisi sosial-budaya wilayah timur tengah pada abad ke-5. Hal tersebut mampu membukakan mata pembaca, bahwa kisah akan diturunkannya Nabi sebagai penyempurna agama telah dikisahkan di berbagai kitab suci. Perjalanan menyusuri wilayah timur-tengah ini, diuraikan dalam kisah Kashva, seorang Persia yang mengkaji kitab Zarduhst dan meyakini bahwa Nabi akhir zaman itu telah lahir dan tengah berdinamika di kawasan Arab.
Muhammad: Bukti Nyata Islam Rahmatan lil ‘Alamin
Tidak jauh berbeda dengan sirah Nabawiyah, Tasaro menyuguhkan kehidupan Rasulullah dan interaksinya secara mendetail. Namun, karena konsep buku ini berupa novel biografi, maka penulis memiliki keleluasaan yang lebih mendalam untuk mendeskripsikan tokoh, watak serta alur cerita. Hal tersebut, sangat dimanfaatkan oleh penulis untuk mengantarkan pembaca dalam menelusuri alur cerita sepanjang 632 lembar halaman, dengan memainkan emosi pembaca.
Memperoleh wahyu untuk mensyiarkan agama Islam, di tengah kaum Quraish yang telah menuhankan Hubal, Latta dan Uzza menjadi sebuah hal cukup berat bagi Muhammad. Karena, bukan hanya berbicara perlakuan keras dari kaum Quraish yang dialamatkan kepadanya, namun juga terjadinya perpecahan di dalam keluarganya, sebagaimana kisah Hamzah dan Abu Sufyan yang keduanya merupakan paman Rasulullah. Hamzah, paman Rasulullah dikenal sebagai singa padang pasir. Hamzah wafat dalam perang Uhud, karena terkena tombak Washi, orang suruhan Hindun istri Abu Sufyan.
Washi tidak hanya menancapkan tombak ke dada Hamzah, melainkan merobek dada Hamzah dan mengeluarkan hati Hamzah. Kemudian, hati Hamza dibawa kepada Hindun, untuk membuktikkan bahwa Washi telah betul-betul berhasil membunuh Hamzah, paman Rasulullah. Kemudian, tanpa rasa jijik, Hindun menggenggam hati Hamzah, dan kemudian menggiggit, mengunyah serta menelan sebagian hati Hamzah. Setelah puas memakan hati Hamzah, Hindun dan Abu Sufyan mencari jasad Hamzah. Dengan pisau di genggamannya, tanpa ada perasaan ngeri Hindun memotong hidung dan telinga Hamzah, sedangkan Abu Sufyan merobek mulut Hamzah sambil mencaci maki jasad Hamzah. Mengetahui apa yang dilakukan Abu Sufyan dan Hindun pada Hamzah, Rasulullah tetap menanggapi dengan hati yang tabah dan lembut, walapun lubuk hatinya meronta. Dalam duka yang mendalam, beliau mengatakan, “Jika kalian ingin melakukan pembalasan, balaslah sesuai apa yang mereka lakukan kepada mu, tetapi sesungguhnya memberikan maaf itu jauh lebih baik bagi orang-orang yang sabar”.
Perkataan Rasulullah ketika mengetahui jasad Hamzah dirusak tersebut, betul-betul beliau wujudkan dalam perbuatan. Pada saat kemenangan pasukannya, dan berhak untuk menduduki Mekkah kembali, Rasulullah memberikan maaf bagi Abu Sufyan dan Hindun. Kebaikan akhlak Rasulullah serta kebenaran yang digaungkannya, pada akhirnya membuat Abu Sufyan dan Hindun terketuk hatinya untuk menerima hidayah. Dalam waktu yang tidak bersamaan, Abu Sufyan dan Hindun menyatakan keimanannya pada Allah dan mengakui Muhammad sebagai Nabi Allah. Menanggapi hal tersebut, Rasulullah sangat tenang dan tidak memperlihatkan kedengkian atas perbuatan suami-istri tersebut terhadap Hamzah.
Kemudian, keteladanan akhlak Rasulullah sebagai seorang muslim, juga diwujudkan pada seluruh makhluk hidup. Dikisahkan bahwa ketika pasukan Rasulullah dari Madinah akan menuju Mekkah, ‘Amr diperintahkan oleh Rasulullah untuk menghadang pasukannya di daerah perbatasan. Ternyata alasan, Rasulullah meminta ‘Amr menghadang pasukan yang akan ke Mekkah adalah karena Rasulullah mengetahui adanya induk anjing yang tengah menyusui anak-anaknya. Rasulullah meminta ‘Amr memastikan bahwa induk anjing dan anak-anaknya tidak terluka karena serbuan pasukan yang akan bertolak menuju Mekkah. Keteladanan akhlak Rasulullah baik pada sesama manusia, maupun pada makhluk hidup lain, menunjukkan bahwa islam memang betul-betul diturunkan sebagai rahmad bagi semesta, Rahmad lil ‘Alamin.
Melalui dua kisah dari beberapa kisah yang diuraikan pada buku Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan ini, dapatlah menjadi refleksi pada hari ini, untuk betul-betul memaknai teladan dalam islam. Bahasa yang lugas namun tidak kehilangan maknanya, mampu menjadi alternatif bagi umat islam dalam mengilhami nilai-nilai islam dengan cara yang lebih sederhana. Dalam menanggapi Sebagai umat islam seharusnya Biografi yang disajikan dalam bentuk novel, sebenarnya mampu menjadi alternatif bagi umat islam untuk mengilhami nilai-nilai islam. Sehingga dalam menyikapi kehidupan hari ini, dapat bercermin dan mengambil pelajaran pada peristiwa umat islam pada masa lalu. Selain itu, gambaran perjalanan Kashva yang diceritakan oleh penulis dalam upaya menemui Rasulullah, memberikan suatu spirit tersendiri untuk semakin mencintai dan berupaya mendalami kehidupan Rasulullah. Sehingga sekali lagi, pemaknaan yang mendalam yang dituangkan penulis melalui novel biografi ini, menjadi penambah semangat tersendiri dalam mengkaji nilai-nilai islam untuk dapat menanggapi kehidupan akhir zaman yang dikatakan penuh tantangan.