Tahapan Perkembangan Kognitif / Intelektual
Erueka Pendidikan. Jean Piaget (Bybee dan Sund, 1982) membagi perkembangan intelek/ kognitif menjadi empat tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Sensori–Motoris
Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Pada anak berada dalam suatu masa pertumbuhan yang ditandai oleh kecenderungan-kecenderungan sensori-motoris yang sangat jelas. Segala perbuatan merupakan perwujudan dari proses pematangan aspek sensori-motoris tersebut.
Menurut Piaget (Bybee dan Snd, 1982:2), pada tahap ini interaksi anak dengan lingkungannya, termasuk orang tuanya terutama dilakukan melalui perasaan dan otot-ototnya. Interkasi ini terutama diarahkan oleh sensasi sensasi dari lingkungannya. Dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya, temasuk juga dengan orangtuanya, anak mengembangkan kemampuannya untuk mempersepsi, melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakan dan secara perlahan-lahan belajar mengoordinasikan tindakan-tindakannya.
2. Tahap Praoperasional
Tahap ini berlangsung pada usia 2 – 7 tahun. Tahap ini disebut juga tahap intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif. Artinya, semua perbuatan rasionalnya tidak di dukung oleh perasaan, kecenderungan alamiah, sika-sikap yang diperoleh dari orang-orang bemakna dan lingkungan sekitarnya.
Pada tahap ini menurut Piaget (Bybee dan Sund, 1982). Anak sangat bersifat egosentris sehingga seringkali mengalami masalah dalam berinteraksi dengan lingkungannya, termasuk dengan orang tuanya. Dalam berinteraksi dengan orang lain, anak cenderung sulit untuk dapat memahami pandangan orang lain dan lebih banyak mengutamakan pandangannya sendiri. Dalam berinteraksi dengan lingkungannya, ia masih sulit untuk membaca kesempatan atau kemungkinan karena masih punya anggapan bahwa hanya ada satu kebenaran atau peristiwa dalam setiap situasi.
Pada tahap ini, anak tidak selalu ditentukan oleh pengamatan indrawi saja, tetapi juga pada intuisi. Anak mampu menyimpan kata-kata serta menggunakanya, terutama yang berhubungan erat dengan kebutuhan mereka. Pada masa ini anak siap untuk belajar bahasa, membaca dan menyanyi. Ketika kita menggunakan bahasa yang benar untuk berbicara kepada anak, akan mempunyai akibat yang sangat baik pada perkembangan bahasa mereka. Cara belajar yang memegang peran pada tahap ini adalah intuisi. Intuisi membebaskan mereka dari berbicara semaunya tanpa menghiraukan pengalaman konkret dan paksaan dari luar. Sering kali kita lihat anak berbicara sendiri pada benda-benda yang ada di sekitarnya, misalnya pohon, anjing, kucing dan sebagainya, yang menurut mereka benda-benda tersebut mendengar dan berbicara. Peristiwa semacam ini baik untuk melatih diri anak menggunakan kekayaan bahasanya. Piaget menyebut tahap ini sebagai collective monologue, pembicaraan yang egosentris dan sedikit hubungan dengan orang lain.
3. Tahap Operarasional Kongkret
Tahap ini berlangsung antara usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya. Pada tahap ini, menurut Piaget (Bybee an Sund, 1982), interaksinya dengan lingkungan, termasuk dengan orang tuanya, sudah makin berkembang dengan baik karena egosentrisnya sudah semakin berkurang. Anak sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi dan menjelaskan pikiran-pkiran orang lain dalam cara-cara yang kurang egosentris dan lebih objektif.
Pada tahap ini anak juga memiliki hubungan fungsional karena mereka sudah menguji coba suatu permasalahan. Cara berfikir anak yang masih bersifat konkret menyebabkan mereka belum mampu menangkap yang abstrak atau melakukan abstraksi tentang sesuatu yang konkret. Di sini sering terjadi kesulitan antara orang tua dan guru. Misalnya, orang tua ingin menolong anak mengerjakan pekerjaan rumah, tapi cara yang berbeda dengan cara yang dipakai oleh guru sehingga anak tidak setuju. Sementara sering sekali anak lebih percaya terhadap apa yang dikatakan oleh gurunya ketimbang orang tuanya. Akibatnya, kedua cara tersebut baik yang diberikan oleh guru maupun orang tuanya sama-sama tidak dimengerti oleh anak.
4. Tahap Operasional Formal
Tahap ini dialami oleh anak pada usia 11 tahun ke atas. Pada masa ini, anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan pada pekerjaannya yang merupakan hasil dari berfikir logis. Aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang sehingga dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya.
Pada tahap ini, menurut Piaget (Bybeeand Sund, 1982), interaksi dengan lingkungan sudah amat luas, menjangkau banyak teman sebayanya dan bahkan berusaha untuk dapat berinteraksia dengan orang dewasa. Kondisi seperti ini tidak jarang menimbulkan masalah dalam interaksinya dengan orang tua. Namun, sebenarnya secara diam-diam mereka juga masih mengharapkan perlindungan dari orang tua karena belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Jadi, pada tahap ini ada semacam tarik-menarik antara ingin bebas dengan ingin dilindungi.
Karena pada tahap ini anak sudah mulai mampu mengembangkan pikiran formalnya, mereka juga mulai mampu mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi. Arti simbolik dan kiasan dapat mereka mengerti. Melibatkan mereka dalam suatu kegiatan akan lebih memberi akibat yang positif bagi perkembangan kognitifnya. Misalnya, menulis puisi, lomba karya ilmiah, lomba menulis cerpen dan sejenisnya.