Teknik Pembelajaran : Mind Mapping
Eureka Pendidikan. Kemampuan setiap orang untuk mengorganisasikan informasi berbeda-beda, ada yang teratur secara ilmiah tetapi ada juga yang tidak. Namun, kebanyakan orang tidak dapat mengorganisasikan informasi yang diperolehnya dengan baik. DePorter (2009:152) mengemukakan bahwa kemampuan mengorganisasi tergantung pada usia dan gaya belajar. Seorang guru harus memberikan alat organisasi yang baik dan efektif. Salah satu alat organisasi yang dapat diberikan, yaitu mencatat. Teknik mencatat yang baik dan efektif adalah teknik mind mapping.
Mind mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan (DePorter, 2009:153). Mind mapping merupakan cara mencatat yang mengakomodir cara kerja otak secara natural. Berbeda dengan catatan konvensional yang ditulis dalam bentuk daftar panjang ke bawah. Mind mapping akan mengajak pikiran untuk membayangkan suatu subjek sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan (Edward, 2009:63). Teknik mind mapping merupakan teknik mencatat tingkat tinggi yang memanfaatkan keseluruhan otak, yaitu otak kiri dan otak kanan. Belahan otak kiri berfungsi menerapkan fungsi-fungsi logis, yaitu bentuk-bentuk belajar yang langkah-langkahnya mengikuti urutan-urutan tertentu. Oleh karena itu, otak menerima informasi secara berurutan. Sedangkan otak kanan cenderung lebih memproses informasi dalam bentuk gambar-gambar, simbol-simbol, dan warna. Teknik mencatat yang baik harus membantu mengingat informasi yang didapat, yaitu materi pelajaran, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi, dan memberi wawasan baru.
1. Mulai dari Bagian Tengah
Mulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisinya panjang dan diletakkan mendatar. Memulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebarkan kreativitas ke segala arah dengan lebih bebas dan alami.
Gambar bermakna seribu kata dan membantu siswa menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat siswa tetap terfokus, membantu berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak.
3. Menggunakan Warna
Bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat peta pikiran lebih hidup, menambah energi pemikiran kreatif, dan menyenangkan.
4. Menghubungkan Cabang-cabang Utama ke Gambar Pusat
Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat kemudian hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua dan seterusnya. Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga, atau empat) hal sekaligus. Jika kita menghubungkan cabang-cabang, kita akan lebih mudah mengerti dan mengingat.
5. Membuat Garis Hubung yang Melengkung, Bukan Garis Lurus
Garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis, seperti cabang-cabang pohon, jauh lebih menarik bagi mata.
6. Menggunakan Satu Kata Kunci untuk Setiap Garis
Kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan flesibilitas kepada peta pikiran. Setiap kata tunggal atau gambar adalah seperti pengganda, menghasilkan sederet asosiasi dan hubungannya sendiri.
7. Menggunakan Gambar
Seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu kata. Jika siswa hanya mempunyai 10 gambar di dalam peta pikiran, maka peta pikiran siswa sudah setara dengan 10.000 kata catatan (Buzan, 2008:15-16).
Jika guru sedang memberikan materi pelajaran dan siswa mencatat, tiba-tiba guru menambahkan suatu informasi yang penting tentang suatu materi pelajaran yang telah dijelaskan di awal, maka siswa dapat dengan mudah menambahkannya di tempat yang sesuai dalam peta pikiran tanpa harus kebingungan dan takut akan merusak catatan yang sudah rapi.
Dengan peta pikiran, siswa tidak perlu berpikir untuk menangkap setiap kata dari guru tetapi siswa dapat berkonsentrasi pada gagasan-gagasannya.
Dengan peta pikiran, siswa dapat lebih mudah mengingat materi pelajaran sekaligus dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran tersebut. Karena melalui peta pikiran, siswa dapat melihat kaitan-kaitan antar setiap gagasan.
Imajinasi dan kreativitas siswa tidak terbatas sehingga menjadikan pembuatan dan pembacaan ulang catatan menjadi lebih menyenangkan. Teknik mind mapping digunakan dalam proses belajar siswa bukan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga yang membuat catatan dengan teknik mind mapping adalah siswa dan oleh siswa catatan tersebut di gunakan untuk belajar.
Alamsyah, M. 2009. Kiat Jitu Meningkatkan Prestasi dengan Mind Mapping. Yogyakarta: Mitra Pelajar.
Buzan, T. 2008. Mind Map untuk Meningkatkan Kreativitas. Jakarta: Gramedia.
DePorter, B dan Hernacki, M. 2009. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Edward. C. 2009. Mind Mapping untuk Anak Sehat dan Cerdas. Yogyakarta: Sakti.
Windura, S. 2008. Mind Mapp Langkah Demi Langkah. Jakarta: Gramedia.
Tulisan diatas sangat menarik, saya juga memiliki tulisan serupa mengenai Geography Information System, kunjungi balik ya di Tentang GIS Terimakasih.
Terima kasih atas kunjungannya,..