Teknik Pembelajaran : Mind Mapping

2 min read

Teknik Pembelajaran : Mind Mapping

Eureka Pendidikan. Kemampuan setiap orang untuk mengorganisasikan informasi berbeda-beda, ada yang teratur secara ilmiah tetapi ada juga yang tidak. Namun, kebanyakan orang tidak dapat mengorganisasikan informasi yang diperolehnya dengan baik. DePorter (2009:152) mengemukakan bahwa kemampuan mengorganisasi tergantung pada usia dan gaya belajar. Seorang guru harus memberikan alat organisasi yang baik dan efektif. Salah satu alat organisasi yang dapat diberikan, yaitu mencatat. Teknik mencatat yang baik dan efektif adalah teknik mind mapping.

Mind mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan (DePorter, 2009:153). Mind mapping merupakan cara mencatat yang mengakomodir cara kerja otak secara natural. Berbeda dengan catatan konvensional yang ditulis dalam bentuk daftar panjang ke bawah. Mind mapping akan mengajak pikiran untuk membayangkan suatu subjek sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan (Edward, 2009:63). Teknik mind mapping merupakan teknik mencatat tingkat tinggi yang memanfaatkan keseluruhan otak, yaitu otak kiri dan otak kanan. Belahan otak kiri berfungsi menerapkan fungsi-fungsi logis, yaitu bentuk-bentuk belajar yang langkah-langkahnya mengikuti urutan-urutan tertentu. Oleh karena itu, otak menerima informasi secara berurutan. Sedangkan otak kanan cenderung lebih memproses informasi dalam bentuk gambar-gambar, simbol-simbol, dan warna. Teknik mencatat yang baik harus membantu mengingat informasi yang didapat, yaitu materi pelajaran, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi, dan memberi wawasan baru.

Sistem pendidikan modern memiliki kecenderungan untuk memilih keterampilan-keterampilan otak kiri, yaitu matematika, bahasa dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) daripada seni, musik, dan pengajaran keterampilan berfikir, terutama keterampilan berfikir secara kreatif. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan kerja belahan otak kiri dan otak kanan. Akibatnya, kerja otak tidak sinergis, tidak efisien, dan tidak menunjukkan performa optimalnya (Windura, 2008:7). Otak kiri memiliki sifat memori jangka pendek dan ini yang digunakan anak untuk menghafal sehingga anak mudah lupa dengan apa yang telah dipelajari sebelumnya (Windura, 2008:9). Sekolah jarang mengajak siswa untuk mengaktifkan otak kanan, padahal kreativitas berada pada sisi otak kanan. Selain itu, otak kanan juga mempunyai sifat memori jangka panjang. Artinya, memori yang disimpan di otak sebelah kanan lebih lama daripada memori yang disimpan di otak sebelah kiri (Alamsyah, 2009:15).
Ada 7 langkah dalam membuat peta pikiran dan dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Mulai dari Bagian Tengah
Mulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisinya panjang dan diletakkan mendatar. Memulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebarkan kreativitas ke segala arah dengan lebih bebas dan alami.

2. Menggunakan Gambar atau Foto untuk Ide Sentral
Gambar bermakna seribu kata dan membantu siswa menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat siswa tetap terfokus, membantu berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak.

3.  Menggunakan Warna
Bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat peta pikiran lebih hidup, menambah energi pemikiran kreatif, dan menyenangkan.

4.  Menghubungkan Cabang-cabang Utama ke Gambar Pusat
 Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat kemudian hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua dan seterusnya. Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga, atau empat) hal sekaligus. Jika kita menghubungkan cabang-cabang, kita akan lebih mudah mengerti dan mengingat.

5. Membuat Garis Hubung yang Melengkung, Bukan Garis Lurus
Garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis, seperti cabang-cabang pohon, jauh lebih menarik bagi mata.

6. Menggunakan Satu Kata Kunci untuk Setiap Garis
Kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan flesibilitas kepada peta pikiran. Setiap kata tunggal atau gambar adalah seperti pengganda, menghasilkan sederet asosiasi dan hubungannya sendiri.

7. Menggunakan Gambar
Seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu kata. Jika siswa hanya mempunyai 10 gambar di dalam peta pikiran, maka peta pikiran siswa sudah setara dengan 10.000 kata catatan (Buzan, 2008:15-16).

Menurut DePorter (2009:172), selain dapat meningkatkan daya ingat terhadap suatu informasi atau materi pelajaran, mind mapping juga mempunyai manfaat lain, yaitu sebagai berikut.
1.    Fleksibel
Jika guru sedang memberikan materi pelajaran dan siswa mencatat, tiba-tiba guru menambahkan suatu informasi yang penting tentang suatu materi pelajaran yang telah dijelaskan di awal, maka siswa dapat dengan mudah menambahkannya di tempat yang sesuai dalam peta pikiran tanpa harus kebingungan dan takut akan merusak catatan yang sudah rapi.
2.    Dapat Memusatkan Perhatian
Dengan peta pikiran, siswa tidak perlu berpikir untuk menangkap setiap kata dari guru tetapi siswa dapat berkonsentrasi pada gagasan-gagasannya.
3.    Meningkatkan Pemahaman
Dengan peta pikiran, siswa dapat lebih mudah mengingat materi pelajaran sekaligus dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran tersebut. Karena melalui peta pikiran, siswa dapat melihat kaitan-kaitan antar setiap gagasan.
4.    Menyenangkan
Imajinasi dan kreativitas siswa tidak terbatas sehingga menjadikan pembuatan dan pembacaan ulang catatan menjadi lebih menyenangkan. Teknik mind mapping digunakan dalam proses belajar siswa bukan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga yang membuat catatan dengan teknik mind mapping adalah siswa dan oleh siswa catatan tersebut di gunakan untuk belajar.
REFERENSI

Alamsyah, M. 2009. Kiat Jitu Meningkatkan Prestasi dengan Mind Mapping. Yogyakarta: Mitra Pelajar.
Buzan, T. 2008. Mind Map untuk Meningkatkan Kreativitas. Jakarta: Gramedia.
DePorter, B dan Hernacki, M. 2009. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Edward. C. 2009. Mind Mapping untuk Anak Sehat dan Cerdas. Yogyakarta: Sakti.
Windura, S. 2008. Mind Mapp Langkah Demi Langkah. Jakarta: Gramedia.

Pendekatan Pembelajaran : Problem Posing

Pendekatan pembelajaran Problem Posing merupakan bagian dari model pembelajaran student centered. Pendekatan pembelajaran ini menitik beratkan pada keaktifan peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar. ...
Ahmad Dahlan
3 min read

Sintak Model Pembelajaran Sains Berbasis Portofolio

Sintaks Model Pembelajaran Sains Berbasis Portofolio Tulisan ini mengacu pada Buku Model Pembelajaran Sains Berbasis Portfolio yang di tulis oleh Muhammad Tawil (2011) dan...
Ahmad Dahlan
2 min read

Tujuan Model Pembelajaran Sains Berbasis Portofolio

Tujuan Model Pembelajaran Sains Berbasis Portofolio (PSPB) Eureka Pendidikan. Secara umum, tujuan pelaksanaan Model PSBP dapat dihubungkan dengan 3 aspek tujuan yakni : (1)...
Ahmad Dahlan
2 min read

2 Replies to “Teknik Pembelajaran : Mind Mapping”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *