1. Observasi untuk menemukan masalah
Eureka Pendidikan. Kegiatan pertama mengamati/ observing. Dengan metode observasi, siswa akan merasa tertantang mengeksplorasi rasa keingintahuannya tentang fenomena dan rahasia alam yang senantiasa menantang.
2. Merumuskan masalah
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
3. Mengajukan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat membantu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah.
Siswa telah memiliki pengalaman penelitian tentang pertumbuhan biji tumbuhan dalam berbagai kondisi di tahun sebelumnya. Guru menggantungkan sebuah kertas besar ditempat semua siswanya bisa melihat dan berkata “ Mari kita buat daftar ide yang mungkin mnjelaskan apa yang terjadi pada ketiga pohon itu!”. Terlihat tangan-tangan siswa pun teracung. Ini lah sebagian pernyataan para siswa:
- “pasti ada hubungannya dengan matahari”
- “Pasti terlalu banyak air”
- “Pasti kekurangan air”
- “Pohon-pohon itu sebenarnya berbeda, walaupun kelihatan sama”
- “Ini memang musimnya bagi sebagian pohon untuk menggugurkan daunnya”
- “Ada racun di tanah”
- “Pohon-pohon itu berbeda umurnya”
- “Serangga mamakani pohon itu”
4. Merencanakan pemecahan masalah (melalui eksperimen atau cara lain)
Setelah siswa puas mengemukakan Setelah para siswa puas mengemukakan semua idenya, guru mendorong mereka untuk memikirkan ide-ide mana yang penjelasannya memerlukan penyelidikan dan ide-ide mana yang sudah berupa penjelasan. Ia lalu meminta setiap siswa untuk memilih salah satu penjelasan yang baginya mungkin akan menjadi jawaban. Guru membagi siswa berdasarkan pilihannya ke dalam “kelompok air”, “kelompok musim”, “kelompok serangga” dan seterusnya.
Sementara mereka merencanakan penyelidikan, guru mendatangi setiap kelompok siswa dan mendengarkan dengan cermat bagaimana mereka menyusun rencana. Ia lalu meminta setiap kelompok untuk menjelaskan ide-ide mereka pada teman-teman sekelasnya untuk mendapatkan masukan perbaikan. Melalui diskusi ini guru dengan mudah memberikan bantuan pada para siswa untuk berpikir dan mempertimbangkan proses yang akan mereka pilih untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri secara lebih efektif dan relevan.
5. Melakukan pengamatan dan pengumpulan data
Selama tiga minggu para siswa diberi kesempatan untuk melakukan penyelidikan mereka. Kelompok-kelompok siswa menggunakan sumber informasi yang berbeda-beda untuk mengumpulkan data mengenai karakteristik pohon, siklus hidup dan lingkungannya. Sebagai contoh, kelompok “perbedaan usia” menjawab pertanyaan mereka secara cepat dengan menanyakan pihak penanggung jawab penanaman pohon di sekolah mengenai penerimaan dan penanaman pohon-pohon tersebut.
6. Analisis data
Data pada masing-masing kelompok dianalisis. Data digunakan untuk menjawab pertanyaan awal. Seperti melakukan diskusi lebih jauh dengan teman sekelompok, membaca buku, atau mencari artikel terkait berbagai persoalan tersebut dengan internet. “mengapa air bisa membuat pohon berubah dan terlihat berbeda?”
7. Penarikan kesimpulan dan penemuan
Simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan. Pada kasus diatas maka kesimpulannya jadi penyebab perbedaan pada ketiga pohon karena katersediaan air.
Artikel yang perlu Anda baca berkaitan dengan pembelajaran berbasis masalah
- Pembelajaran berbasis masalah
- Keterampilan pemecahan masalah
- Strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran sains
- Model pembelajaran berbasis masalah
Semoga artikel ini dapat membantu Anda.